Minggu, 11 September 2016

Satu Hari di Desa Cibuni, Rancabali

2

Bulan Mei lalu gue dan Kak Pipit (senior dikantor) bertugas ke Bandung  tepatnya di Desa Cibuni, Rancabali, Ciwidey. Berangkat dari Jakarta jam setengah 7 pagi diantar pakai mobil klien dan sampai di lokasi sekitar jam 10:30.
Sejauh mata memandang, hijau. But a little bit gloomy~ 1.628 mdpl. 

Disambut oleh hamparan perkebunan teh yang hijau, gue dan Kak Pipit mulai terkagum-kagum dengan pemandangan seperti itu. Maklum, kita berdua setiap hari terbiasa disuguhi pemandangan gedung-gedung bertingkat dan mobil-mobil yang parkir teratur dijalan raya alias macet. Selain pemandangan yang bisa bikin matar seger, udaranya juga sejuuuuk banget kayak ngeliat muka dia abis wudhu, sejuk! #EAAA
Muka-muka bahagia selfie dikebun teh, biasanya selfie di Mall
Sebenernya di Rancabali kita ada kerjaan untuk stock opname persediaan dan peralatan klien, tapi karena masih ada sisa waktu menuju pulang ke Jakarta, jadilah kita manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk jalan-jalan disekitar lokasi.
Stock opname dulu sambil gaya
Setelah selesai stock opname, kita berdua ditawarin sama Akang-Akang yang bertugas dilokasi buat ke Kawah Rengganis di Desa Cibuni, kata si Akang jaraknya dari lokasi kita CUMA 1 kilometer. Sempet ragu juga sih karena takut ngga worth it gitu tempatnya, tapi karena keahlian si Akang dalam bujuk-membujuk, maka kita berlima (gue, Kak Pipit, Mba Juli: klien yang nemenin kita dari Jakarta, dan dua Akang yang jaga lokasi stock opname) berangkat menuju Kawah Rengganis dengan berjalan kaki sambil bawa masing-masing satu botol air mineral buat jaga-jaga kalo dijalan kehausan.
Sekitar 15 menit jalan melewati kebun teh, kita mulai melewati jalan yang agak ekstrim. Dimulai dari turun-naik anak tangga yang terbuat dari akar-akar pohon, ada yang dari tanah juga, dan kondisinya licin karena banyak lumut, kemudian melewati jalan yang agak tertutup semak-semak dan agak curam hmmmm banyak nyamuk pula. ZONK!
Ternyata oh ternyata jalanan yang kami lewati adalah jalan tikus alias jalan belakang yang biasa dilewati penduduk sekitar agar tidak usah bayar tiket masuk. Jika lewat jalan utama biasanya pengunjung akan dikenakan biaya tiket. Kata si Akang, selain tidak usah bayar tiket, jalanan yang kita lalui lebih dekat karena jika lewat jalan utama maka kami harus memutar lebih jauh lagi. Yasudahlah, yang penting sekarang kita sudah sampai. Yeay!
So this is Rengganis Crater (Kawah Rengganis)
Kak Pipit’s back side. Mendaki gunung, lewati lembah. Sungai mengalir indah ke samudera~
Didalam kawasan Kawah Rengganis terdapat beberapa kolam untuk berendam, ada yang air hangat, ada yang air dingin, dan ada juga kolam lumpur, tapi ngga ada kolam susu. Karena kita semua emang ngga ada persiapan buat main-main air, jadi ngga ada yang turun ke kolam. Dikawasan ini juga terdapat makam leluhur yang sangat dihormati oleh warga sekitar, sehingga kata Akangnya masih ada warga yang sering berkunjung ke makam tersebut untuk berdoa.
Motivasi bertapa didepan pancuran air panas ini adalah biar dapet jodoh kayak Aa Fedi Nuril HAHAHA
Pemandangannya cantik, kitanya juga #maksa
Pas kita kesana cuacanya agak mendung-mendung gimana gitu jadinya asap belerang yang ada dikawah nyaru kecampur jadi satu sama kabut yang mulai turun, padahal kita kesana siang hari loh, sekitar jam 12 siang. Alhasil pemandangan kawah agak terhalang oleh kabut. Tapi nggak apa-apa, lebih baik terhalang oleh kabut daripada terhalang oleh perbedaan agama #EAAAA #baper
Setelah puas dan capek jalan-jalan disekitar kawah, kita memutuskan untuk kembali ke tempat stock opname kemudian bersiap-siap untuk pulang ke Jakarta. Hikmah yang bisa diambil dari perjalanan kali ini adalah Anda harus memiliki kenalan orang sekitar daerah yang akan Anda kunjungi agar punya tour guide pribadi dan gratis biaya masuk, tetapi semua itu harus dibayar dengan usaha yang lebih besar karena tour guide pribadi biasanya punya jalan “dewa” yang lebih menantang daripada jalan umum yang sering dilewati pengunjung. Sekian dan terimakasih.
Notes: Maafkan karena lebih banyak foto-foto daripada tulisan di postingan ini
-AE-

Minggu, 28 Agustus 2016

Pengalaman Ikut Seleksi Penerimaan Pegawai PT KAI

91


Cerita kali ini dibuat berdasarkan kisah pribadi, 95% curcol, 5% informasi lumayan penting.
----------
Berawal dari iseng-iseng apply Formasi D3/S1 di PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada Juli lalu, nggak disangka-sangka ternyata gue lolos seleksi administrasi dan masuk tahap selanjutnya yaitu tes kesehatan awal di Bandung. Kenapa di Bandung? Dari awal gue udah tau kalo rekrutmen ini semua tahapannya akan diadakan di Bandung, temen-temen juga pada bilang mereka males apply karena Jakarta-Bandung cukup jauh buat tek-tok seleksi nantinya (kalo emang lolos terus), gue yang bawaan dari lahir emang orangnya iseng dan penasaran pengen coba, akhirnya apply dengan asumsi “kalo lolos yaudah berarti sekalian jalan-jalan ke Bandung, toh belum pernah cobain kesana sendiri tanpa keluarga, dan kalo ngga lolos diseleksi awal yaudah, lebih bagus karena emang jauh juga sih hahaha.”
Tanggal 23 Juli 2016 pengumuman rilis di website PT KAI, ternyata oh teryata gue lolos tahap seleksi administrasi dan berhak ikut seleksi tahap II yaitu tes kesehatan awal tanggal 25 s/d 27 Juli 2016 di Bandung. Baiklah, mari kita breakdown tulisan ini per tahapan seleksi. Cekidot!

1.     Tahap I: Seleksi Administrasi 
Tahap ini kita apply via website PT KAI disini. Waktu itu pendaftaran dibuka tanggal 14 s/d 18 Juli 2016 dan pengumuman hasil seleksi awal udh rilis tanggal 23 Juli 2016, termasuk cepet proses KAI, soalnya waktu tahun 2015 pernah coba di Bulog dan prosesnya lumayan lama. Kayak proses pendekatan ke dia yang juga lama #ciaaattttttttt #padahalgapunyaPDKTan

2.     Tahap II : Tes Kesehatan Awal
Tes kesehatan awal diadakan di Unit Kesehatan Pusat PT KAI di Bandung tanggal 25 Juli 2016, berangkatlah gue bareng satu temen kuliah yang juga lolos seleksi administrasi, namanya Tini. Kita berangkat hari Minggu tanggal 24 Juli 2016 dari Gambir naik kereta Argo Parahyangan jam 11.45 dan sampe di bandung sekitar jam 3 sore. Dengan berbekal uang seadanya (baca: tanggal tua) dan Tini yang juga udah resign dari tempat kerjanya, kita nekat ke Bandung dengan niat “tidur di stasiun atau di masjid juga jadi”.

Tiket Kereta Api Argo Parahyangan. Pesennya online disini
Setelah sampai di Stasiun Bandung kita keluar lewat pintu selatan (stasiun lama) dan langsung cek lokasi buat tes besok, ternyata lokasi tesnya lumayan dekat dengan pintu keluar stasiun lama, cukup jalan kaki kearah kiri sekitar 5 menit. Lokasi sudah aman, gue sama Tini langsung cus ke Alun-Alun Bandung. Sambil menyelam minum air dicampur sirup ABC squash delight ditambah es batu kotak-kotak, tujuan awal emang tes kerja tapi ya ngga apa-apalah sekalian jalan-jalan juga.

Alun-Alun Bandung dihari Minggu sore. Rame banget cyiiin....
Notes: Abaikan Mas yang lagi nyari uangnya yang ilang
PHOTO BOMB!!! #kitanggakjomblo #cumanggakpunyapacar
Nggak berapa lama sampe alun-alun, ternyata hujan. Kita neduh di Masjid Raya Bandung sambil cari-cari penginapan di Google. Penginapan ya, bukan hotel. Karena kita berdua yang lebih mirip musafir daripada mau tes kerja, ngga ada dana buat nginep di hotel yang paling murah itu sekitar 300 ribu/malam. Syediiiiih.

Setelah cari-cari di Google, dapetlah penginapan dengan harga 160 ribu/kamar/malam (in case dibagi dua sama Tini jadi 80 ribu satu orang) dengan fasilitas: double bed, kipas angin, TV, kamar mandi didalam plus air hangat, dan sarapan roti, di New By Moritz daerah Kebonjati, masuk gang tepat depan Rumah Sakit Santosa Bandung.

Tanggal 25 pagi, gue sama Tini bergegas ke Unit Kesehatan Pusat buat tes kesehatan awal. Udah pede banget ngantre buat absen, eh ternyataaaaaaaa kita berdua salah jadwal. Jadwal kita itu tanggal 26 -____- Ampun deh, duit buat sewa penginapan dan makan aja pas-pasan, ini tambah satu hari lagi stay di Bandung. Demi mengusir kesedihan didalam hati, kita berdua memutuskan buat jalan-jalan lagi, kali ini kita ke Alun-Alun, ke Jl. Asia-Afrika, dan ke Jl. Braga dengan berjalan kaki supaya mirip turis-turis yang lagi plesir di Bandung (this is an excuse btw hahaha).

Suasana Senin pagi di Alun-Alun Bandung. Sepi cekaleeeeeeee
Gaya dulu aja, nggak usah diinget kalo lagi bolos kerja :D
Sightseeing around Asia-Afrika Street
Ngga bisa foto sama kamu, foto sama pintu juga jadi
Malam harinya setelah capek jalan-jalan seharian, kita berdua terpaksa tidur lagi dipenginapan yang kemarin tapi turun level. Sekarang kita pesen kamar yang harganya 140 ribu/kamar/malam tanpa TV dan air hangat. Tanggal 26 pun tiba, gue dan Tini berangkat dari penginapan ke Unit Kesehatan Pusat dengan riang gembira karena akhirnya nanti sore setelah tes kita bisa pulang. Yes! Semangat!

Tes Kesehatan Awal terdiri dari:
a.       Periksa Tinggi dan Berat Badan
Tinggi minimal buat Formasi D3/S1 Akuntansi waktu itu buat cewek adalah 155 cm dan berat badan mengikuti tinggi (ideal), cara dari ideal berat badan disini namanya kalo ngga salah BMI (dapet penjelasan dari dokter yang waktu itu periksa gue), jadi rumusnya Berat Badan dibagi Tinggi Badan dibagi Tinggi Badan (contoh: 45kg :155cm : 155cm = 0,001873) nah range ideal itu adalah (kalo ga salah dan ga lupa) kisaran 0,001688 sekian-sekian sampai dengan 0,002788 sekian-sekian. Banyak yang gugur dibagian ini karena beratnya yang nggak ideal atau tinggi yang nggak mencapai 155cm. Alhamdulillah disini lolos.

b.       Periksa Gigi
Disini gue nggak tahu kriteria buat lolos atau nggak lolos itu apa, yang jelas ada dua dokter, yang satu periksa gigi gue sambil ngomong pake bahasa medis, dan yang satu lagi bertugas nyatet apa yang dibilang dokter yang periksa. Pas tes ini dokternya nyuruh gue cabut akar gigi karena emang ada yang bolong, dan suruh dibersihin karang giginya. Masih lolos, lanjut!

c.        Periksa Mata
Kita disini diperiksa matanya minus apa engga, kalo minus dan pake kacamata, ditest lagi, kacamatanya update atau sudah nggak cocok dengan minus matanya. Ini juga menjebak banget nih, kita ngerasa nggak minus eh tapi tternyata minus, dan kita ngerasa kacamata kita tuh emang update eh ternyata nggak update. Disini ada beberapa temen sekelompok yang nggak lolos, tapi gue alhamdulillah lolos.

d.       Periksa Fisik
Tet-teret-tereeeeeet. Disini kita bertiga-bertiga masuk ruang periksa, disuruh buka baju (sisain underwear doang) dan disenterin sama dokter (cewek kalo peserta cewek, cowok kalo peserta cowok) keseluruh tubuh. Mungkin dilihat kita punya tato/bekas tato atau enggak, dan dilihat varisesnya. Klo buat formasi masinis dan kondektur, varises is a BIG BIG NO! Tapi kalo untuk formasi akuntansi, varises tingkat I masih ditolerir.

e.        Periksa Buta Warna
Tes ini kayak biasa aja, jawab-jawab angka berwarna didalam lingkaran penuh warna. Apaandah....

Setelah proses selesai, kita masih harus nunggu buat pengumuman resmi jam 5 sore. Sambil nunggu pengumuman, gue dan Tini beli tiket kereta buat pulang jam 7:30 nanti malam. Tik tok tik tok. Jam 5, jam 6, dan jam 7 ternyata pengumumannya keluar. Alhamdulillah kita berdua lolos dan bisa ikut tes tahap selanjutnya yaitu Psikotest. Tapiiiii, Psikotesnya ternyata besok harinya, tanggal 27 Juli 2016. Lemes dede. Mana tiket kereta udah dibeli pake uang sisa-sisa kejayaan Kerajaan Mataram, mana baju ngga ada lagi, mana duit didompet tinggal buat beli popmie doang di stasiun. Hufttttttt.

Hal yang pertama dipikirin adalah REFUND TIKET! Langsung ke stasiun dianterin temen kenalan disana pake motornya, emang dasar bukan rejeki, tiketnya bisa refund minimal 30 menit sebelum berangkat dan gue cuma telat sekitar 10 menit. Nyessss!

Akhirnya kita bermalam lagi dipenginapan kemarin, minjem duit kenalan yang malem itu nginep juga disitu karena ikut-ikut kita. Sampe dipenginapan kita langsung telpon orang tua masing-masing, ngasih kabar sekalian minta suntikan dana. What a day!

1.     Tahap III: Tes Psikologi
Bangun pagi ternyata masih ada di Bandung, dipenginapan yang kemarin, baju juga masih yang kemarin dipake, kayak deja-vu. Berangkatlah kita berempat, gue, Tini, dan dua orang kenalan pas tes kemarin yang minjemin kita uang buat nginep. Jam 6:30 pagi kita udah standby di Kantor Daop 2 Bandung kemudian absen dan langsung masuk ruangan. Sekitar jam 8 kita mulai ngerjain soal-soal psikotestnya. PT KAI nggak pake lembaga lain buat psikotest, kalo Bulog atau Astra kan dia pake lembaga lain untuk psikotest.

Disini gue lupa-lupa inget soalnya kayak gimana, pokoknya awal-awal ngerjain pilihan Benar-Salah, bukan Serba-Salah lho ya. Terus hitung-hitungan matematika (tambah, kurang, bagi, kali), terus suruh nentuin bentuk akhir dari kerangka gambar, terus hitung-hitungan matematika tapi dalam soal cerita, terus tes Wartegg yang ada 8 kotak dan dikotak itu cuma ada titik atau garis atau lengkungan dan kita suruh terusin supaya jadi gambar utuh, terus suruh gambar pohon, dan yang terakhir itu tes Kraepelin yang suruh ngitung dikertas GEDE sampe tangan pegel, mata kunang-kunang,  kepala pusing, perut lapar, dan jalan sempoyongan.

Sebenernya kepala gue pusing bukan karena ngerjain soal-soal Psikotest tapiiiii karena baju kemeja putih yang gue pake itu udah bau keringet. Oh men! Gimana enggak, dipake 3 hari gituloh...... Setelah selesai, maka kita bisa pulang dan pengumuman selanjutnya tanggal 29 Juli 2016. Yeay! Pulaaaaaang!


2.     Tahap IV: Wawancara
Dihari Jumat yang cerah waktu lagi asik-asik bikin sampling, tiba-tiba ada Line dari Tini. Katanya kita berdua lolos Psikotest dan berhak ikut tes Wawancara tanggal 1 Agustus 2016. Berangkatlah kita berdua ke Bandung lagi, dari Gambir lagi, tapi kali ini kita naik kereta jam 8 malem sampe Bandung jam 11:12. Sampe digambir jam 7 lewat, cetak tiket, sholat Isya dulu, beli makan dulu buat dikereta. Nggak sadar udah jam 8 kurang 15 menit. Wah amsyong nih kalo sampe ketinggalan kereta. Gue sama Tini lari-larian dari KFC buat boarding setelah itu masih lari-larian ke lantai atas tempat peron kereta, sampe didalem kereta udah kayak orang lost in space cari-cari tempat duduk sambil ngos-ngosan disaat penumpang yang lain udah duduk tenang nan damai dikursinya masing-masing. Akhirnya nggak ketinggalan. Fyuhhhhh

Pas kereta udah jalan, kita berdua ngeluarin dan ngerapihin map merah yang emang disuruh dibawa pas wawancara nanti, isinya Ijazah asli, fotocopy KTP, dan CV. Waktu kita ngerapihin map sambil agak-agak berisik, mas-mas yang duduk disebrang agak serong kanan depan (apasih ini) kita itu ngeliatin dan nanya “KAI juga ya, mba?” kita jawab iya, ternyata mas-masnya juga mau wawancara KAI tapi formasi Masinis, dia juga berdua. Wah alhamdulillah ada temennya, dia nanya kita mau tidur dimana, kita jawab ngemper distasiun, mereka bilang mereka distasiun juga.

Asumsi gue sama Tini, kita bisa tidur didalem musolah stasiun. Faktanya musolah stasiun dikunci, mas-mas yang berdua tadi tidur diteras musolah siap dengan hoodie, sleeping bag, dan kaos kaki. Sedangkan gue sama Tini nggak prepare apapun untuk kemungkinan tersebut. Oh My God! Begini percakapan kaget gue sama mas-mas yang lumayan ganteng pas tau dia tidur diteras musolah.
“Mas, tidurnya nggak didalem?”
“Dikunci, Mba. Dari pas seleksi sebelumnya juga saya disini.” Mas itu ngomong sambil pake kaos kaki.
...................................
...................................
Hening. Masih hening. Gue sama Tini cuma bisa tatap-tatapan. Bisa kedinginan sampe bibir biru dongker kalo emang jadi tidur ngemper. Cukup hati aja yang dingin, badan jangan #EAAAA Well, niat hati mau ngirit budget dengan tidur di musolah stasiun harus dicoret karena ujung-ujungnya kita nginep di penginapan yang kemaren.

Pagi pun datang, kita berdua sarapan dan langsung cus ke Kantor Daop 2. Disana dipanggil satu-satu buat masuk ke dalem ruangan. Ada sekitar 8 meja yang ditempati 1-3 pewawancara. Tapi meja gue Cuma ada 1 orang pewawancara, bapak-bapak. Pas duduk gue langsung ditanya IPK nya berapa, pernah kerja dimana, karena gue bilang auditor jadi ditanya audit itu apa, akuntansi itu apa, kelemahan dan kekuatan diri kamu apa, dan yang terakhir siap untuk tugas keluar kota atau enggak. Semua pertanyaan bisa gue jawab dan udah. Selesai. Ini wawancara tercepet dari pengalaman gue yang udah-udah. Karena bapak-bapak kali ya ngga banyak ini-ono nanya-nanyanya. Beda lagi sama Tini dan temen gue yang lain, mereka dapet pewawancara cewek jadi banyak ditanya-tanya, malah ada yang curhat ke mba pewawancaranya. Selesai. Markipul, mari kita pulaaaaang!


3.     Tahap V: Tes Kesehatan Akhir
Alhamdulillah ternyata gue sama tini lolos wawancara, seleksi selanjutnya adalah tes kesehatan akhir. Hari Rabu sore tanggal 3 Agustus 2016 kita berangkat dari Gambir lagi, naik kereta di jam yang sama kayak kemarin pas mau Psikotest. Ketemu lagi sama mas-mas lumayan ganteng kemarin, tapi kali ini dia ngga tidur diteras musolah lagi, dia nginep dihotel.

Besok paginya, tanggal 4 Agustus, kita semua yang mau tes dibawa pake mobil bergantian ke lab kalo ngga salah di daerah Nahuripan. Oh iya, buat MCU ini kita diharuskan puasa (cuma boleh minum air putih) dari jam 10.00 malam dihari sebelumnya sampe hari kita bakal MCU. Tahapan pertama itu diambil darah. Akhirnya hari dimana gue ketemu jarum datang juga, setelah terakhir kali ketemu jarum pas sakit DBD kelas 3 SMP. Ngilu cuy, tapi harus dihadapi. Face it like a man!

Setelah ambil darah, kemudian pipis di tube kecil, setelah itu di rontgen, setelah itu cek jantung. Selesai. Kirain udah bener-bener selesai sampe situ, ternyata kita dibawa ke Unit Kesehatan Pusat lagi buat tes kayak tes kesehatan awal PLUS CEK TENSI DARAH.

Drama berawal dari cek tensi darah......
Pas dicek, tensi gue rendah banget. Mungkin faktor belum sarapan, lagi haid, kecapekan, dan kurang tidur juga. Kata pak dokter yang ngecek, gue disuruh lari-lari atau loncat-loncat, atau nyari pokemon muter-muter stasiun, atau suruh dorong kereta #YAKALEEEE bahkan disuruh sarapan dulu biar tensinya naik. Oke, kayak orang bener gue lari-larian dan loncat-loncatan didepan Unit Kesehatan Pusat sampe keringetan, terus ada yang nawarin susu beruang dan roti buat gue sarapan. Dicek lagi ternyata masih rendah. Disuruh sarapanlah sama pak dokternya, nah pas ke arah pintu masuk, mas-mas yang kemarin ketemu dikereta (yang bukan nginep dihotel) ternyata dia juga tensinya rendah, mungkin karena dia masih tidur ngemper diteras musolah kaliya makanya jadi kurang tidur dan mempengaruhi tensi.

Singkat kata singkat cerita, gatau gimana awal mulanya, kita berdua makan sate kambing bareng disekitar situ, nama tempatnya Sate Hadori. Pas nunggu satenya dibuat, mas-masnya keluar dulu katanya mau lari-larian didepan. Gue bengong nungguin si sate. Pas satenya dateng, masnya juga dateng bawa sari kacang hijau dua, “nih” katanya sambil nyodorin sari kacang hijau. “Diminum buat naikin tensi.”

Kita makan sambil buru-buru soalnya udah ditelponin sama pihak KAI-nya suruh cepet balik. Mana gue makannya lama, mana gigi abis dicabut, mana sate kambingnya kenyal-kenyal. Nice cekaleeeeeeh! Dan yang paling zonk adalah momen dimana gue muntah karena kekenyangan didepan mas-mas yang sampe sekarang gue nggak tahu namanya. Malu banget cuy, mas-masnya panik ngeliat gue dan langsung minta lap dan plastik ke tukang satenya. Asli nggak ngerti lagi kenapa bisa se-stupid itu. Pas bayar satenya gue cuma kasih 50 ribu ke mas itu karena gue kira satu porsi paling mentok-mentok gocap. Ternyata 2 porsi 130 sekian-sekian ribu. Mehong cyin! Dan mas-masnya ngga mau gue tambahin kekurangan patungan kita itu. Thankyou Mas Sate Kambing, Allah yang balas kebaikanmu ya!
Tensi akhirnya aman. Lanjut periksa tinggi dan berat badan, aman juga. Lanjut periksa mata, masih aman. Periksa buta warna, aman. Periksa gigi juga aman, soalnya sebelum tes kesehatan terakhir gue udah bersihin karang gigi (scalling) dan cabut akar gigi seharga 400 ribu. Lumayan nyesek sih, cabut dan bersihin karang gigi setengah jam doang itu seharga sepatu Reebok  diskonan 30% yang gue taksir dari awal tahun dan ngga kebeli sampe sekarang :“(
Terakhir tes fisik, tapi kali ini kita suruh lepas semua baju dan cuma pake baju hijau atau biru kayak mau operasi. Disini diperiksa dipayudara (buat cewek) ada benjolan aneh apa engga, diperiksa punya ambeien apa engga, diperiksa varises lagi, diperiksa perut bagian bawahnya dengan cara kita niup punggung tangan. Dan terakhir diperiksa telinga, mata, sama mulut dengan cara disenter gitu, terus diperiksa paru-parunya pake stetoskop. Sudah selesaaaaai. Tinggal tunggu pengumuman final dan kita bisa pulang!
Tapi kejadian yang ngga disangka-sangka terjadi, Tini ternyata udah divonis ngga bisa lolos karena ada penyakit lumayan serius yang mengharuskan dia untuk dioperasi. Tini nangis sesenggukan, gue juga ikut-ikutan nangis, dua kenalan yang deket sama kita juga ikutan nangis. Gue tau banget gimana perjuangan Tini dari awal. Kita sama-sama ngga punya cukup modal buat tes ini, sama-sama nyusahin sana-sini buat kesini, dan yang paling bikin drop adalah penyakitnya yang lumayan serius. Sepanjang perjalanan pulang dikereta Tini ngga berhenti-berhenti nangis, gue cuma bisa puk-puk Tini. Nggak tahu harus hibur dia kayak gimana. Tini kamu pasti bisa melewati badai ini. Semangat! Btw Tini jomblo dan rajin menabung, lagi cari pendamping hidup katanya hahaha (tuh tin udah gue promosiin lu disini)
Berselang beberapa minggu, pengumuman final yang paling ditunggu-tunggu akhirnya keluar. Dan nama gue nggak ada disana. Nggak lolos. Nyessssssssss. Da aku bisa apa............
Allah berkehendak lain. Pasti ada skenario hebat dibalik nggak lolosnya gue di KAI ini. InshaAllah ikhlas kok meskipun sempet down juga pas liat pengumuman pertama kali. Rasanya kayak lagi balapan moto gp dan ada diposisi pertama, eeeeh pas last lap tau-tau motornya ngadat terus ngeluarin banyak asap dari knalpot kayak lagi fogging DBD wkwkwk. Atau kayak abis dikhianati seseorang yang udah dipercaya dan berharap banget sama orang itu (apa pula ini). Mau nangis tapi lagi dikantor dan kerjaan lagi banyak, ngga ada waktu buat nangis. Tsaaaah!
Banyak hikmah, pelajaran, dan pengalaman yang secara pribadi bisa gue ambil dari seleksi di PT KAI ini. Udah berusaha, udah berdoa, toh hasilnya kalo emang ngga seperti yang kita mau berarti bukan rezeki. Saatnya melanjutkan hidup, melanjutkan vouching dokumen beban usaha yang tertunda.
Dari sebuah kamar yang tidak terlalu besar tetapi nyaman untuk tidur dan  nonton drama Korea.
With love.
-AE-

Sabtu, 27 Agustus 2016

Makassar Part 2: Jalan-Jalan Colongan

4


Jalan-jalan ke luar kota memang belum afdol kalo belum berkunjung ke tempat-tempat wisata yang hitz di kota tersebut, meskipun jadwal kerja yang padat merayap seperti jadwal manggung Syahrini, kita --tim anti huru--hara- terdiri dari gue, Kak Ira (senior-banget), Kak Dade (seniornya-senior-banget), Bang Fikry (senior-aja), dan Bang Sakti (nggak-senior-tapi-rasa-senior) menyempatkan diri untuk jalan-jalan colongan sewaktu di Makassar.

1.     Pantai Losari
Satu minggu di Makassar, kita diundang untuk dateng ke acara ulang tahun klien di Celebes Conventtion Center atau yang lebih dikenal dengan Triple C. Berangkatlah kita semua kesana tapi minus Kak Dade karena udah pulang ke Jakarta kemarin sorenya. Disana nggak ngapa-ngapain juga sih, cuma duduk-duduk, makan dan nonton Fadli Padi nyanyi. Hmmm kami bosan, sodara-sodara.

Karena kebetulan Triple C itu lumayan deket dari Pantai Losari jadi kita semua setuju untuk kesana setelah selesai acara di Triple C. Ngeeeeeeeeeng! We’re going to Losari Beach.
Ta-da! Pantai Losari yang hari itu sangat cerah secerah wajahnya
Hello, City of Makassar!
(Depan ke belakang : Bang Sakti, Bang Fikry, GueRaisa, Kak Ira)
Karena terlalu cerah jatohnya malah terik alias panas, tapi tiba-tiba aja hujan. Akhirnya di Pantai Losari cuma foto-foto sebentar setelah itu mampir ke warung tenda pinggir jalan buat cobain Pisang Epe dan Es Serut Ala-ala (sebenernya gue lupa nama esnya, makanya dinamain itu aja biar cepet). Di warung tenda kita berempat ngobrol ngalor-ngidul, yang curcol adaaaaa, yang dengerin doang juga adaaaaa, sambil makan Pisang Epe yang ternyata rasanya biasa aja menurut gue #nooffense

Kata Kak Ira yang udah pernah ke Pantai Losari, kalo Sabtu malam bakal rame banget, suka ada konser musik, ada yang nonton konser musik pake helm, ada yang cuma nongkrong, ada yang jalan-jalan sama keluarga, ada yang pacaran, sama ada komunitas-komunitas gitu, seringnya komunitas reptil yang kita bisa foto sama ular piton gede ituloh. Iyuh! Untungnya pas maghrib kita pulang, jadi ga harus ketemu sama ular. Yeay!

2.     Gelora Hassanuddin Makassar
Entah ini bisa disebut jalan-jalan colongan apa enggak, berdua doang sama Kak Ira soalnya Abang-abang itu pasti belum bangun karena habis main game online sampe adzan subuh. Kesini cuma lari pagi dan nemenin Kak Ira senam Zumba, da akumah nggak ikut Zumba soalnya ngga bisa. Aku bisanya cuma ngertiin kamu. Iya, kamu! #EAAAAAAAA
Heart-sign didepan Tugu Ala-ala samping Gelora Hassanuddin
(lagi-lagi gue nggak inget ini namanya tugu apa-____-”)

3.     Taman Nasional Bantimurung
Foto: Candid ala-ala model iklan Adem S*ri
Realita: Baseuh alias basah bin demek kena cipratan-cipratan air terjun manja

Air Terjun Bantimurung. Kalo ini candid beneran, photo by Kak Ira

Lagi-lagi jalan-jalan colongan. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung terletak di Kabupaten Maros, karena letaknya yang ngga begitu jauh dari Bandara Sultan Hassanuddin, kita –gue, Kak Ira, dan Kak Dade—kesana  dadakan setelah jemput Kak Dade di Bandara yang diantar sama driver kantor, Pak Iwan. Pas kita kesana air terjunnya deras banget dan kita semua ngga bawa amunisi baju ganti karena dadakan hmmm jadi ngga bisa main-main air deh.

Oiya selain ada air terjun, di Taman Nasional Bantimurung juga terdapat Museum Kupu-Kupu tapiiiii kita kesorean dateng jadi museumnya udah tutup, kalo niat banget mau masuk bisa sih sebenernya tapi jadi agak horor gitu soalnya museum kupu-kupunya ada yang indoor ada yang outdoor, nah lebih horor itu yang outdoor karena hari udah mulai gelap. Masuk museum yang outdoor-nya tuh berasa masuk ke Jurassic Park, eh engga deng, berasa masuk hutan yang Sherina sama Sadam diculik sama penjahat #PetualanganSherinaFever #lebaydotcom

Dibelakang Ibu-Ibu Kosidah ini merupakan jalan masuk ke Musem Kupu-Kupu
Jeng-jeng! Udah. Tempat wisata yang berhasil kita kunjungi cuma itu doang. Iya, itu doang. Selebihnya tek-tok ke kantor, tek-tok kulineran kesana-sini (baca Makassar Part 1), tek-tok ke Mall Ratu Indah yang dari hotel cuma 5 menit jalan kaki, ke Mall Panakkukang jajan-jajan unyu, ke Toko Agung yang merupakan toko grosir perlengkapan apa-aja-ada, dan yang paling sering kita kunjungi adalah Ind*mart samping kantor :D

Well, thankyou Makassar for the great 3 months.
Can  we meet again this year?

-AE-

Minggu, 17 Juli 2016

Makassar Part 1: Kuliner Makassar

0

Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan


Touch down Makassar!

10 Januari 2016, sekitar pukul 11 malam (WITA tentunya) pesawat Lion Air Jakarta-Ujung Pandang yang delay ± 1 jam di Bandara Soekarno-Hatta mendarat mulus -seperti paha Mba-mba Korea- di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar.

Singkat kata singkat cerita, bertugaslah gue di Makassar selama ±3 bulan. Jangan tanya “kerja jadi apaan Sel disana?”, pokoknya kerja halal deh, nggak nyolong kok, apalagi nyolong uang rakyat. Cie!

Kesan pertama yang paling nancebhhh dihati tentang Makassar adalah ma-ka-nan-nya. Emang dasar tukang kuliner sih ya, jadi ya gitudeeeee. Kedua adalah tentang budaya/tradisi dan logat bicara native speaker-nya. Ketiga tentang tempat wisatanya. Let’s check this out, baby!

Daging Everyday? Siapa Takut!

Hampir setiap hari makan daging, cuy! Baiklah, untuk hal yang satu ini gue mau mengucapkan banyak terimakasih kepada klien yang udah jadi sponsor full gue dan tim di Makassar. Pada dasarnya gue adalah tipe manusia yang nggak susah kalo urusan makanan, nggak pilih-pilih lah istilahnya. Makan daging-dagingan bisa, sayur-sayuran oke, buah juga hajar aja, semua dimakan. Eitssss, tapi nggak makan temen lho ya!


Berikut ini adalah The Best Nine makanan kas Makassar yang sampai sekarang masih sering dirindukan:

1.    Pallubasa

Pallubasa Serigala plus Alas, finishing-nya pakai perasan jeruk nipis, srundeng, dan sambal. Nggak lupa nasinya sepiring.

Pallubasa Serigala (sering gue sebut Pallubasa Aliando, maklumlah korban sinetron televisi domestik) terletak di Jl. Serigala No. 54, Kec. Makassar, Sulawesi Selatan (based on Google, because pada waktu makan disana nggak perhatiin jalan). Mungkin karena terletak di Jl. Serigala makanya nama tempatnya Pallubasa Serigala. Kalo terletak di Jl. Anaconda Berbisa mungkin namanya jadi Pallubasa Anaconda Berbisa, hmmmm.

Fyi nama-nama jalan disekitar Jl. Ratulangi (hotel tempat menginap) itu pake nama-nama hewan, contohnya ya tadi itu Serigala, ada Jl. Badak, Rusa, Onta, Onta Lama, Singa, Kakatua, Tupai, Beruang, Buaya Buntung, Kadal Bunting, dan lain-lain.

Semacam sup, eh enggak deng, Pallubasa sepertinya masih satu keluarga sama Coto Makassar tapi lebih terasa rempah-rempah dalam kuahnya. Isian dalam Pallubasa juga beragam, ada daging sapi, usus sapi, hati sapi, dan otak sapi. Nah lucunya lagi pas pertama makan disini ditanya sama klien, “mau pakai Alas nggak, Sel?” Gue jawab aja mau. Kirain yang namanya Alas itu adalah alas mangkuknya, ternyata bukan, sodara-sodara! Alas adalah kuning telur mentah (bulat utuh, tapi bukan tahu bulat yang digoreng dadakan, anget-anget) yang dimasukkin dan disajiin dalam mangkuk pallubasa tersebut.

Ewhhhh! Salah pesen nih, dalam hati udah gerutu aja ngeri muntah pas makan karena kuning telur kan smelly-smelly gimana gituuuuuuh. Ternyata pas kuning telur dicampur ke kuahnya dan dimakan, Nyam! Enak, pake banget. Rasa rempah-rempah dikuahnya kuat banget, kayak jamu gitu tapi enak. Ditambah sambal, srundeng, dan jeruk nipis rasanya bakal tambah WOW.

Fyi lagi nih, rata-rata rumah makan di Makassar itu nyediain jeruk nipis secara cuma-cuma disetiap meja, kurang tahu deh kenapa begitu. Mungkin kurang enak dan kurang sedap kalo makanan nggak ditambah jeruk nipis, kayak lagunya Inul ‘bagai sayur tanpa garam kurang enak kurang sedap, dari itu Inul goyang. Hobah!!!’

Pernah sekali waktu kita lagi makan dimana gitu lupa, klien pesen es teh manis. Pas es teh manisnya dateng ditambahin perasan jeruk nipis ke es teh manisnya and he said “Begini caranya biar jadi lemon tea, kalo pesen lemon tea kan harganya lebih mahal (sambil pasang muka cool, seolah abis menemukan benua Eropa).” Iya juga ya!

2.    Coto Makassar
Coto Nusantara Makassar

Coto Makassar yang pernah gue datengin yaitu kedai Coto Nusantara di Jl. Merpati tepatnya dibelakang persis Bank Sulselbar. Apaan sih Coto-coto? Coto itu mungkin sejenis soto-sotoan, masih satu familia sama Soto Lamongan tapi ini kuahnya agak beda, warnanya kecoklatan tapi rasa rempah-rempahnya nggak terlalu strong kayak Pallubasa.

Masih disajikan dalam mangkuk kecil nan imut, isi dari Coto Nusantara ini juga daging sapi, jeroan, dan sejenisnnya. Dan teman pelengkap Coto ini adalah ketupat ukuran mini-mini alias kecil (disana disebutnya apa gitu lupa).

3.    Sop Konro
Sop Konro Bawakaraeng
Yummy! Beralamat di Jl. Gunung Bawakaraeng No. 146, Kec. Makassar, Sulawesi Selatan, kedai Sop Konro ini selalu dipenuhi pengunjung. Pas hari pertama ngantor, makan siangnya langsung kesini. Buat jadi opening kuliner khas Makassar, Sop Konro Bawakaraeng ngga bisa dianggap sepele. Apasiiiiiih!

Isian sop bisa pilih, ada daging, kikil, dan lain-lain. Karena selalu pesen daging jadinya foto diatas merupakan Sop Konro dengan isian daging dari tulang rusuk sapi, ini sih sok tau-nya gue aja dari rusuk sapi, soalnya panjang-panjang gitu tulangnya. Nggak mungkin kan itu tulang rusuknya dia, tulang rusuknya dia mah aku HAHAHAHAHA

4.    Sop Saudara

There’s no photo about Sop Saudara alias Brother Soup maybe because I really fokes to eat that.

Sop Saudara 11/12 sama Sop Konro, jadi yaudah gitu aja. Bye!

5.    Mie Awa’
6.    Mie Titi
7.  Mie Anto

Mie Awa’, Mie Titi, dan Mie Anto adalah nama-nama rumah makan yang berbeda, tetapiiiiiii makanan khas dari masing-masing rumah makan ini sama, yaitu mie kering warna kuning berukuran kecil dan tipis yang disiram kuah kental berisi potongan sawi, ayam, udang, dan cumi-cumi.

Pengunjung yg dateng dikasih saus warna orange (entah saus apa) satu orang satu pake piring kecil gitu, dan sambalnya pakai cabe rawit ijo kecil-kecil (tapi pedes) yang direndam pakai air (airnya juga gatau air apa, air cuka atau apa ya? No idea.)

Biasanya dapur untuk membuat mie kering ini berada diluar, jadi dapurnya bukan didalam dan kompor yang digunakan untuk memasak masih pakai tungku. Terus kenapa? Efek yang ditimbulkan dari tungku tersebut bisa dilihat dalam foto dibawah ini:
Lagi nunggu pesanan datang.
Ngana lihat? Asap everywhere~ berasa lagi pesen makanan terus tiba-tiba ada fogging DBD lewat. Posisi gue ini ada dipojok dalam dari rumah makan, dan tungkunya ada didepan (pojok belakang gue). Kalo Anda-anda yang punya asma akut, lebih baik take away aja, daripada terperangkap dalam ruang nostalgia kepulan asap kayak gini.

Baik Mie Awa’, Mie Titi, dan Mie Anto, semuanya selalu penuh pengunjung kalo jam makan malam, entah kalo jam-jam lainnya. Soalnya kalo ketempat-tempat ini selalu di jam makan malam. Tapi yang paling penuh dan crowded banget itu di Mie Anto karena Mie Anto ngga buka cabang ditempat lain, makanya selalu penuh dan antre sampe tumpe-tumpe.

Waktu gue kesitu aja sampe waiting list dulu didepan rumah makannya nunggu orang didalem selesai makan sambil ileran karena udah laper. Kalo Mie Awa’ dan Mie Titi mereka mempunyai cabang jadi nggak terlalu antre-antre banget kayak di Mie Anto.

8.    Ayam Goreng Sulawesi

Ayam Goreng Sulawesi Hasanuddin berlokasi di Jl. Sultan Hasanuddin 17, Makassar. Ayam goreng satu ini tekstur dagingnya beda sama ayam goreng biasa, agak kenyal-kenyal gimana gitu. Dan satu lagi, sambal cocol Ayam Goreng Sulawesi Hasanuddin itu endemik khas Makassar, jadi ditempat lain ngga ada. Pernah nanya sama klien resep sambal cocol ini buat dipraktekin dirumah, tapi merekapun yang orang asli Makassar nggak tahu apa aja bumbu-bumbunya, katanya pakai resep rahasia yang cuma ada di rumah makan Ayam Goreng Sulawesi aja. Awas tiati ada Plankton yang mau curi resep rahasianya.


9.    Nyuknyang Ati Raja

Kalo kalian lagi di Makassar coba datang ke alamat ini Jl. Gn. Merapi No. 170, Kota Makassar, Sulawesi Selatan buat icip-icip Nyuknyang dan makanan lainnya. Ati Raja sebenarnya adalah nama rumah makan, tapi yang paling terkenal dari rumah makan ini adalah Nyuknyang alias bakso khas Ati Raja yang satu porsi isinya lumayan banyak dan enak! Nggak sempet dan lupa foto Nyuknyang-nya, tapi ini salah satu foto kwetiau kuah yang pernah gue pesen di Ati Raja.
Eh salah. Ini yang udah kosong hahaha kayak kolam cupang ya kuahnya banyak.
Ini dia yang bener, Kwetiau Kuah Ati Raja yang satu porsi isinya buanyak banget (tapi abis).
Itu dia The Best Nine dari makanan khas Makassar. Next post masih tentang Makassar, so wait meh!