Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan |
Touch
down Makassar!
10 Januari 2016, sekitar pukul 11
malam (WITA tentunya) pesawat Lion Air Jakarta-Ujung Pandang yang delay ± 1 jam di Bandara Soekarno-Hatta
mendarat mulus -seperti paha Mba-mba Korea- di Bandara Sultan Hasanuddin,
Makassar.
Singkat kata singkat cerita,
bertugaslah gue di Makassar selama ±3 bulan. Jangan tanya “kerja jadi apaan Sel
disana?”, pokoknya kerja halal deh, nggak nyolong kok, apalagi nyolong uang
rakyat. Cie!
Kesan pertama yang paling nancebhhh dihati tentang Makassar adalah
ma-ka-nan-nya. Emang dasar tukang kuliner sih ya, jadi ya gitudeeeee. Kedua adalah
tentang budaya/tradisi dan logat bicara native
speaker-nya. Ketiga tentang tempat wisatanya. Let’s check this out, baby!
Daging
Everyday? Siapa Takut!
Hampir setiap hari makan daging, cuy!
Baiklah, untuk hal yang satu ini gue mau mengucapkan banyak terimakasih kepada
klien yang udah jadi sponsor full gue dan tim di Makassar. Pada dasarnya gue
adalah tipe manusia yang nggak susah kalo urusan makanan, nggak pilih-pilih lah
istilahnya. Makan daging-dagingan bisa, sayur-sayuran oke, buah juga hajar aja,
semua dimakan. Eitssss, tapi nggak makan temen lho ya!
Berikut ini adalah The Best Nine makanan kas Makassar yang
sampai sekarang masih sering dirindukan:
1.
Pallubasa
Pallubasa Serigala plus Alas, finishing-nya pakai perasan jeruk nipis, srundeng, dan sambal. Nggak lupa nasinya sepiring. |
Pallubasa Serigala (sering gue sebut Pallubasa Aliando,
maklumlah korban sinetron televisi domestik) terletak di Jl. Serigala No. 54,
Kec. Makassar, Sulawesi Selatan (based on
Google, because pada waktu makan disana nggak perhatiin jalan). Mungkin karena terletak di Jl. Serigala
makanya nama tempatnya Pallubasa Serigala. Kalo terletak di Jl. Anaconda
Berbisa mungkin namanya jadi Pallubasa Anaconda Berbisa, hmmmm.
Fyi nama-nama jalan disekitar Jl.
Ratulangi (hotel tempat menginap) itu pake nama-nama hewan, contohnya ya tadi
itu Serigala, ada Jl. Badak, Rusa, Onta, Onta Lama, Singa, Kakatua, Tupai,
Beruang, Buaya Buntung, Kadal Bunting, dan lain-lain.
Semacam sup, eh enggak deng, Pallubasa sepertinya masih
satu keluarga sama Coto Makassar tapi lebih terasa rempah-rempah dalam kuahnya.
Isian dalam Pallubasa juga beragam, ada daging sapi, usus sapi, hati sapi, dan
otak sapi. Nah lucunya lagi pas pertama makan disini ditanya sama klien, “mau
pakai Alas nggak, Sel?” Gue jawab aja mau. Kirain yang namanya Alas itu adalah
alas mangkuknya, ternyata bukan, sodara-sodara! Alas adalah kuning telur mentah
(bulat utuh, tapi bukan tahu bulat yang digoreng dadakan, anget-anget) yang
dimasukkin dan disajiin dalam mangkuk pallubasa tersebut.
Ewhhhh! Salah pesen nih, dalam hati udah gerutu aja ngeri
muntah pas makan karena kuning telur kan smelly-smelly
gimana gituuuuuuh. Ternyata pas kuning telur dicampur ke kuahnya dan dimakan,
Nyam! Enak, pake banget. Rasa
rempah-rempah dikuahnya kuat banget, kayak jamu gitu tapi enak. Ditambah
sambal, srundeng, dan jeruk nipis rasanya bakal tambah WOW.
Fyi lagi nih, rata-rata rumah makan di
Makassar itu nyediain jeruk nipis secara cuma-cuma disetiap meja, kurang tahu
deh kenapa begitu. Mungkin kurang enak dan kurang sedap kalo makanan nggak
ditambah jeruk nipis, kayak lagunya Inul ‘bagai sayur tanpa garam kurang enak
kurang sedap, dari itu Inul goyang. Hobah!!!’
Pernah
sekali waktu kita lagi makan dimana gitu lupa, klien pesen es teh manis. Pas es
teh manisnya dateng ditambahin perasan jeruk nipis ke es teh manisnya and he said “Begini caranya biar jadi
lemon tea, kalo pesen lemon tea kan harganya lebih mahal (sambil pasang muka cool, seolah abis menemukan benua
Eropa).” Iya juga ya!
2.
Coto Makassar
Coto Nusantara Makassar |
Coto Makassar yang pernah gue datengin yaitu kedai Coto
Nusantara di Jl. Merpati tepatnya dibelakang persis Bank Sulselbar. Apaan sih
Coto-coto? Coto itu mungkin sejenis soto-sotoan, masih satu familia sama Soto Lamongan tapi ini
kuahnya agak beda, warnanya kecoklatan tapi rasa rempah-rempahnya nggak terlalu
strong kayak Pallubasa.
Masih disajikan dalam mangkuk kecil nan imut, isi
dari Coto Nusantara ini juga daging sapi, jeroan, dan sejenisnnya. Dan teman
pelengkap Coto ini adalah ketupat ukuran mini-mini alias kecil (disana
disebutnya apa gitu lupa).
3.
Sop Konro
Sop Konro Bawakaraeng |
Yummy! Beralamat di Jl. Gunung Bawakaraeng No. 146, Kec.
Makassar, Sulawesi Selatan, kedai Sop Konro ini selalu dipenuhi pengunjung. Pas
hari pertama ngantor, makan siangnya langsung kesini. Buat jadi opening kuliner khas Makassar, Sop Konro
Bawakaraeng ngga bisa dianggap sepele. Apasiiiiiih!
Isian
sop bisa pilih, ada daging, kikil, dan lain-lain. Karena selalu pesen daging
jadinya foto diatas merupakan Sop Konro dengan isian daging dari tulang rusuk
sapi, ini sih sok tau-nya gue aja dari rusuk sapi, soalnya panjang-panjang gitu
tulangnya. Nggak mungkin kan itu tulang rusuknya dia, tulang rusuknya dia mah
aku HAHAHAHAHA
4.
Sop Saudara
There’s no photo about
Sop Saudara alias Brother Soup maybe because I really fokes to eat that.
Sop Saudara 11/12 sama Sop Konro, jadi yaudah gitu aja. Bye!
5.
Mie Awa’
6.
Mie Titi
7. Mie Anto
Mie Awa’, Mie Titi, dan Mie Anto adalah nama-nama rumah makan yang
berbeda, tetapiiiiiii makanan khas dari masing-masing rumah makan ini sama,
yaitu mie kering warna kuning berukuran kecil dan tipis yang disiram kuah
kental berisi potongan sawi, ayam, udang, dan cumi-cumi.
Pengunjung yg dateng dikasih saus warna orange (entah saus apa) satu
orang satu pake piring kecil gitu, dan sambalnya pakai cabe rawit ijo
kecil-kecil (tapi pedes) yang direndam pakai air (airnya juga gatau air apa,
air cuka atau apa ya? No idea.)
Biasanya
dapur untuk membuat mie kering ini berada diluar, jadi dapurnya bukan didalam
dan kompor yang digunakan untuk memasak masih pakai tungku. Terus kenapa? Efek yang ditimbulkan dari
tungku tersebut bisa dilihat dalam foto dibawah ini:
Lagi nunggu pesanan datang. |
Ngana lihat? Asap everywhere~
berasa lagi pesen makanan terus tiba-tiba ada fogging DBD lewat. Posisi gue ini ada dipojok dalam dari rumah
makan, dan tungkunya ada didepan (pojok belakang gue). Kalo Anda-anda yang
punya asma akut, lebih baik take away
aja, daripada terperangkap dalam ruang nostalgia kepulan asap kayak gini.
Baik Mie Awa’, Mie Titi, dan Mie Anto, semuanya selalu
penuh pengunjung kalo jam makan malam, entah kalo jam-jam lainnya. Soalnya kalo
ketempat-tempat ini selalu di jam makan malam. Tapi yang paling penuh dan crowded banget itu di Mie Anto karena
Mie Anto ngga buka cabang ditempat lain, makanya selalu penuh dan antre sampe
tumpe-tumpe.
Waktu gue kesitu aja sampe waiting list dulu didepan rumah makannya nunggu orang didalem
selesai makan sambil ileran karena udah laper. Kalo Mie Awa’ dan Mie
Titi mereka mempunyai cabang jadi nggak terlalu antre-antre banget kayak di Mie
Anto.
8.
Ayam Goreng Sulawesi
Ayam Goreng Sulawesi Hasanuddin berlokasi di Jl. Sultan
Hasanuddin 17, Makassar. Ayam goreng satu ini tekstur dagingnya beda sama ayam
goreng biasa, agak kenyal-kenyal gimana gitu. Dan satu lagi, sambal cocol Ayam
Goreng Sulawesi Hasanuddin itu endemik khas Makassar, jadi ditempat lain ngga
ada. Pernah nanya sama klien resep sambal cocol ini buat dipraktekin dirumah, tapi
merekapun yang orang asli Makassar nggak tahu apa aja bumbu-bumbunya, katanya
pakai resep rahasia yang cuma ada di rumah makan Ayam Goreng Sulawesi aja. Awas tiati ada Plankton yang mau curi resep
rahasianya.
9.
Nyuknyang Ati Raja
Kalo
kalian lagi di Makassar coba datang ke alamat ini Jl. Gn. Merapi No. 170, Kota
Makassar, Sulawesi Selatan buat icip-icip Nyuknyang dan makanan lainnya. Ati
Raja sebenarnya adalah nama rumah makan, tapi yang paling terkenal dari rumah
makan ini adalah Nyuknyang alias bakso khas Ati Raja yang satu porsi isinya lumayan
banyak dan enak! Nggak sempet dan lupa foto Nyuknyang-nya, tapi ini salah satu
foto kwetiau kuah yang pernah gue pesen di Ati Raja.
Eh salah. Ini yang udah kosong hahaha kayak kolam cupang ya kuahnya banyak. |
Ini dia yang bener, Kwetiau Kuah Ati Raja yang satu porsi isinya buanyak banget (tapi abis). |
Itu
dia The Best Nine dari makanan khas
Makassar. Next post masih tentang
Makassar, so wait meh!
0 komentar:
Posting Komentar