Bulan Mei lalu gue dan Kak Pipit (senior dikantor) bertugas ke
Bandung tepatnya di Desa Cibuni,
Rancabali, Ciwidey. Berangkat dari Jakarta jam setengah 7 pagi diantar pakai
mobil klien dan sampai di lokasi sekitar jam 10:30.
Sejauh
mata memandang, hijau. But a little bit
gloomy~ 1.628 mdpl.
|
Disambut
oleh hamparan perkebunan teh yang hijau, gue dan Kak Pipit mulai terkagum-kagum
dengan pemandangan seperti itu. Maklum, kita berdua setiap hari terbiasa
disuguhi pemandangan gedung-gedung bertingkat dan mobil-mobil yang parkir
teratur dijalan raya alias macet. Selain pemandangan yang bisa bikin matar
seger, udaranya juga sejuuuuk banget kayak ngeliat muka dia abis wudhu, sejuk!
#EAAA
Muka-muka
bahagia selfie dikebun teh, biasanya selfie di Mall
|
Sebenernya
di Rancabali kita ada kerjaan untuk stock
opname persediaan dan peralatan klien, tapi karena masih ada sisa waktu
menuju pulang ke Jakarta, jadilah kita manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk
jalan-jalan disekitar lokasi.
Stock
opname dulu sambil gaya
|
Setelah selesai stock
opname, kita berdua ditawarin sama Akang-Akang yang bertugas dilokasi buat
ke Kawah Rengganis di Desa Cibuni, kata si Akang jaraknya dari lokasi kita CUMA
1 kilometer. Sempet ragu juga sih karena takut ngga worth it gitu tempatnya, tapi karena keahlian si Akang dalam
bujuk-membujuk, maka kita berlima (gue, Kak Pipit, Mba Juli: klien yang nemenin
kita dari Jakarta, dan dua Akang yang jaga lokasi stock opname) berangkat menuju Kawah Rengganis dengan berjalan kaki
sambil bawa masing-masing satu botol air mineral buat jaga-jaga kalo dijalan
kehausan.
Sekitar 15 menit jalan melewati kebun teh, kita mulai melewati
jalan yang agak ekstrim. Dimulai dari turun-naik anak tangga yang terbuat dari
akar-akar pohon, ada yang dari tanah juga, dan kondisinya licin karena banyak
lumut, kemudian melewati jalan yang agak tertutup semak-semak dan agak curam
hmmmm banyak nyamuk pula. ZONK!
Ternyata
oh ternyata jalanan yang kami lewati adalah jalan tikus alias jalan belakang
yang biasa dilewati penduduk sekitar agar tidak usah bayar tiket masuk. Jika
lewat jalan utama biasanya pengunjung akan dikenakan biaya tiket. Kata si
Akang, selain tidak usah bayar tiket, jalanan yang kita lalui lebih dekat
karena jika lewat jalan utama maka kami harus memutar lebih jauh lagi. Yasudahlah,
yang penting sekarang kita sudah sampai. Yeay!
So this is Rengganis Crater (Kawah
Rengganis)
|
Kak Pipit’s back side. Mendaki gunung, lewati lembah. Sungai mengalir indah ke samudera~ |
Didalam kawasan Kawah Rengganis terdapat beberapa kolam untuk berendam,
ada yang air hangat, ada yang air dingin, dan ada juga kolam lumpur, tapi ngga
ada kolam susu. Karena kita semua emang ngga ada persiapan buat main-main air,
jadi ngga ada yang turun ke kolam. Dikawasan ini juga terdapat makam leluhur
yang sangat dihormati oleh warga sekitar, sehingga kata Akangnya masih ada
warga yang sering berkunjung ke makam tersebut untuk berdoa.
Motivasi bertapa didepan pancuran air panas ini adalah biar dapet jodoh kayak Aa Fedi Nuril HAHAHA |
Pemandangannya
cantik, kitanya juga #maksa
|
Pas kita kesana cuacanya agak mendung-mendung gimana gitu
jadinya asap belerang yang ada dikawah nyaru kecampur jadi satu sama kabut yang
mulai turun, padahal kita kesana siang hari loh, sekitar jam 12 siang. Alhasil pemandangan
kawah agak terhalang oleh kabut. Tapi nggak apa-apa, lebih baik terhalang oleh
kabut daripada terhalang oleh perbedaan agama #EAAAA #baper
Setelah puas dan capek jalan-jalan disekitar kawah, kita
memutuskan untuk kembali ke tempat stock
opname kemudian bersiap-siap untuk pulang ke Jakarta. Hikmah yang bisa
diambil dari perjalanan kali ini adalah Anda harus memiliki kenalan orang
sekitar daerah yang akan Anda kunjungi agar punya tour guide pribadi dan gratis biaya masuk, tetapi semua itu harus
dibayar dengan usaha yang lebih besar karena tour guide pribadi biasanya punya jalan “dewa” yang lebih menantang
daripada jalan umum yang sering dilewati pengunjung. Sekian dan terimakasih.
Notes: Maafkan karena lebih banyak foto-foto daripada tulisan di
postingan ini
-AE-